Select Menu

Slider

clean-5

Total Pageviews

Hukum dan Kriminal

Travel

Performance

Cute

My Place

Slider

Racing

Videos

» » » » Lambertus Hurek; Kekaguman Kepada Black Brothers, Band Legendaris
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama


Lambertus Hurek
Jumat pagi, 8 Juni 2007, saya tak sengaja menemukan kaset Black Brothers di Jalan Semarang, Surabaya. Ini tempat orang berjualan buku-buku bekas paling ramai di Kota Surabaya, Jawa Timur. Ada satu dua pedagang yang menjual kaset-kaset lama.

Kondisi kaset-kaset lama benar-benar parah. Penuh debu, pitanya sudah tak karuan. Kalau paitua tidak hati-hati bisa-bisa dapat kaset rusak. Mau dengar lagu apa? Makanya, hati-hati beli kaset bekas di Surabaya. Di Jalan Pemuda, samping Plaza Surabaya, kondisi kaset-kaset lama masih lebih bagus.

Nah, saya putar Best of the Best Black Brothers di walkman, eh.. ternyata bagus. Seluruhnya 22 lagu. Baguslah untuk tahu benar-benar karakter musik, vokal, cara bertutur, syair... dari band musik yang pernah berjaya di tanah air itu. Wah, orang hitam keriting dari Papua ternyata punya band bagus. 

Black Brothers layak dicatat di buku sejarah musik pop Indonesia.

Sisi A: 

Hari Kiamat,
Derita Tiada Akhir,
Ammapondo,
Tiada Senyum di Akhir Senja,
Hilang,
Kr. Kenangan,
Kisah Seorang Pramuria,
Untukmu Pramuria,
Wainapire,
Musik Masa Kini,
Kr. Gunung Sicloop.


Sisi B: 

Terjalin Kembali,
Kali Kemiri,
Huembello,
Irian Jaya,
Doa Pramuria,
Balada Pramuria,
Pramuria tapi Biarawati,
Oh Sonya,
Persipura,
Terima Kasih. 


Saya senyam-senyum sendiri. Kok ada LIMA lagu yang bercerita soal pramuria dan semuanya ditulis Hengky MS? Apa paitua Hengky ini? Barangkali punya pengalaman khusus dengan pramuria alias wanita penghibur? Entahlah. Hehehe.... 

Yang jelas, syair lagu Black Brothers rata-rata menggambarkan pramuria yang ingin bertobat. Kembali ke jalan benar. Pramuria, begitu kata lagu ciptaan Hengky MS, ingin menjadi biarawati. Kenapa tidak?

Hengky, motor grup ini, juga bikin Kisah Seorang Pramuria. Selama ini saya sangka ditulis oleh Charles Hutagalung. Eh, ternyata paitua-paitua dari papua yang bikin. Bagus betul itu lagu. Melodius, selalu mengandung harapan. Habis gelap terbit terang! 

Semua lagu Black Brothers (lebih tepat sebagian besar), kecuali lagu rakyat, ditulis Hengky MS dan Jochie Phu.

Musik Black Brothers tipikal band tahun 1970-an. Melodinya manis, harmonis, tak berbelit-belit. Black Brothers pakai juga instrumen tiup [brass-wind instrument] sehingga lebih berwarna. Ada vokalis utama, pemusik lain membentuk kor atau suara latar. 

Pola lagu Black Brothers memang memberi peluang untuk 'pecah suara' di beberapa bagian. Saya rasa ini bukan hanya khas Papua, tapi juga Maluku, Batak, Flores, atau Timor Leste. Vokalis utama atawa lead vocal kadang-kadang berperan sebagai solis, kemudian disusul nyanyi bersama dalam tiga sampai empat suara. Ini pula yang bikin lagu-lagu Black Brothers berasa manis.

Selain dua lagu rakyat Papua, Ammapondo dan Huembello, di kaset kumpulan hit Black Brothers ini, ada dua lagu berirama keroncong. Kr. Kenangan [Hengky MS] dan Kr. Gunung Sicloop [Jochie Phu]. Ini menarik karena selama ini musik keroncong identik dengan orang Jawa. Teman-teman Black Brothers ternyata bisa membawakannya dengan baik meski dengan gaya pop.

Saya pribadi paling suka Hari Kiamat [Jochie Phu]. Lagu ini ternyata juga sangat disukai teman-teman di Jawa Timur. Banyak teman saya hafal lagu ini.

"Syairnya sangat menyentuh. Kita diingatkan akan hari kiamat ketika Tuhan mengadili semua manusia. Kita diajak untuk tidak hanya terpukau dengan materi dan segala kenikmatan duniawi," ujar Sujatmiko, pegawai swasta di Surabaya. 

"Saya kalau nyanyi di kafe atau tempat hiburan, ya, mesti Hari Kiamat.Lagunya enak banget, Mas. Ini lagu terbaik yang pernah saya dengar," pendapat Hartono Aje, mantan ketua Dewan Kesenian Sidoarjo, yang juga pengusaha kafe dan galeri lukisan di Sidoarjo.

Saya setuju 300 persen. Nah, berikut ini syair lagu Hari Kiamat yang legendaris itu.

HARI KIAMAT

Lagu/syair: Jochie Phu
Tempo : moderato (sedang)


Di tepi jalan si miskin menjerit
Hidup meminta dan menerima
Si kaya tertawa berpesta pora
Hidup menumpang di kecurangan

Sadarlah kau... cara hidupmu
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan

Itulah hidup semakin biasa
seakan tak pedulikan lagi
Tiada kasih bagi yang lemah
Disiram banjiran air mata

Sadarlah kau cara hidupmu
Yang hanya menelan korban yang lain
Bintang jatuh hari kiamat
Pengadilan yang penghabisan


Penyanyi Black Brothers, Hengky Miratoneng, meninggal di Belanda pada 19 April 2006 akibat penyempitan zat kapur di punggungnya. Hengky dimakamkan di Manado setelah tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado pada Sabtu 29 April 2006. Almarhum lahir di Inobonto, 16 Mei 1948.

Penyanyi bernama lengkap Hengky Sumanti Miratoneng ini dijemput istri tercinta, Meyske Unggu Sumanti, ditemani anaknya Arthur Miratoneng. Puluhan keluarga dan kerabat, juga penggemar, kompak mengenakan kaos hitam bertuliskan ‘Hengky MS Black Brothers'.

Hengky Miratoneng adalah salah satu musisi asal Sulawesi Utara yang menndirikan Black Brothers pada 1975 bersama Yohi Patipeiluhu (keyboard), Stevy Mambor (drum), Amrey Kaha (saksofon), Agus Rumaropen (gitar), Benny Betay (bas). 

Rest in peace, Sang Pahlawan Musik!

About DONDO

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar