Select Menu

Slider

clean-5

Total Pageviews

Hukum dan Kriminal

Travel

Performance

Cute

My Place

Slider

Racing

Videos


Di antara kardinal yang mungkin menggantikan Paus 
Benediktus XVI adalah dua kardinal terkemuka Afrika.
Bagi banyak umat Katolik Afrika apakah Paus baru orang
kulit putih atau hitam tidak penting asal punya kemampuan dan keyakinan dalam memimpin gereja.

Kardinal Francis Arinze dari Nigeria. 
Ia dan Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson dari Ghana 
diperkirakan sebagai calon kuat pengganti Paus Benediktus XVI
 yang secara resmi meletakkan jabatan 28 Februari ini.

DAKAR — Afrika  adalah bagian dunia di mana penganut  ajaran Katolik  bertambah, dan  sebagian orang berpendapat  kini  saatnya ada  Paus non Eropa  yang berkulit hitam.

Bahkan pada tahun 2005, ketika Paus Benediktus  terpilih, Kardinal  Francis Arinze dari Nigeria  sudah dianggap sebagai  calon  kuat pengganti  Paus Yohannes  Paulus Kedua.

Arinze yang  berusia  80 tahun,  sekarang  juga dianggap   sebagai calon kuat seperti juga  halnya, Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson yang berusia 64 tahun dari Ghana.

Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson dari Ghana juga disebut sebagai calon kuat pengganti Paus Benediktus XVI
​​
Statistik  terbaru Vatikan menunjukkan, antara tahun 2009 dan  2010 di  banyak bagian dunia jumlah penganut Katolik  turun, yang  jumlahnya  naik hanya di  Asia Tenggara dan  Afrika.

Jumlah   siswa  di seminari,  atau siswa calon pastur  juga  menurun di Eropa dan Amerika, tetapi  meningkat di Asia dan Afrika.

Pengunduran diri Paus Benediktus menimbulkan  pertanyaan baru, apakah  sekarang sudah  waktunya ada   paus  non Eropa,  khususnya  dari Afrika  dan berkulit hitam, setelah berabad-abad dipimpin oleh paus Eropa, yang  kebanyakan  dari Italia.

Umat Katolik di Senegal dan Ghana, walaupun demikian, mengatakan mereka menganggap  ras pemimpin gereja itu  pada umumnya tidak  penting.

Gabriel Charles Palmer Buckle adalah  Uskup Agung  Accra, Ibukota Ghana. Ia mengatakan,

”Bagi kami di  Gereja Katolik,  ras  tidak  berperan  sama sekali,  dan seharusnya tidak memainkan peranan samasekali. Katolik berarti  bahwa semua budaya, ras,  dan  manusia,  adalah satu , sehingga  tidak  penting apakah  paus seorang  berkulit hitam,  putih atau kuning.”

Kardinal Theodore Adrien Sarr, Uskup Agung  Dakar,  akan  merupakan salah seorang kardinal untuk dipilih menjadi paus yang akan datang. Berbicara kepada  wartawan hari Senin, ia mengatakan, bukan  etnik paus  yang  penting  dan diutamakan tetapi  kekuatan dan keyakinannya  untuk memimpin gereja.

Ia menyatakan keraguan  bahwa saatnya tiba bagi  Paus kulit hitam Afrika. Ia juga mengatakan bahwa persoalan ini telah ada  sejak lama.

Apakah  Gereja Katolik  siap  untuk mempunyai pemimpin kulit hitam?   Apa dunia  siap menerima  Paus kulit hitam Afrika?   Saya ragu, katanya.  Memang benar,  kita  menghadapi kasus yang serupa mengenai Barack Obama. Tetapi, katanya, mengingat  bagaimana  orang Afrika  biasanya  diperlakukan,  saya tidak melihat kemungkinan besar akan terlaksana.

Dominique Basse adalah anggota  Gereja  Martir Uganda di Dakar. Ia mengatakan,  dengan  adanya  paus kulit hitam dari Afrika sudah tentu  akan  memperkuat kedudukan Afrika di dunia. Seperti  apabila presiden  terpilih dari  partai kita sendiri, akan meninggikan kedudukan  kelompok kita.

Paus Benediktus  akan meletakkan jabatan tanggal 28 Februari. Kardinal-kardinal dari seluruh dunia  akan berkumpul di Roma di mana  proses  untuk memilih penggantinya akan dimulai hari berikutnya.
Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson dari Ghana juga disebut sebagai calon 
kuat pengganti Paus Benediktus XVI
Sumber; www.voaindonesia.com


Rabu Abu adalah hari pertama Masa Prapaska, yang menandai bahwa kita memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paska. Angka “40″ selalu mempunyai makna rohani sebagai lamanya persiapan. Misalnya, Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (lih. Kel 34:28), demikian pula Nabi Elia (lih. 1 raj 19:8). Tuhan Yesus sendiri juga berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai pewartaan-Nya (lih. Mat 4:2).

1. MENGAPA HARI RABU?
Nah, Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung, karena hari Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus), maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari. Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu. (Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).
Jadi penentuan awal masa Prapaska pada hari Rabu disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paska, tanpa menghitung hari Minggu.


2. MENGAPA RABU “ABU”?
Abu adalah tanda pertobatan. Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6). Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu. Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to dust you shall return).”


3. TRADISI AMBROSIAN
Namun demikian, ada tradisi Ambrosian yang diterapkan di beberapa keuskupan di Italia, yang menghitung Masa Prapaskah selama 6 minggu, termasuk hari Minggunya, di mana kemudian hari Jumat Agung dan Sabtu Sucinya tidak diadakan perayaan Ekaristi, demi merayakan dengan lebih khidmat Perayaan Paskah. Tentang hal ini sudah pernah diulas di sini, silakan klik.


Rabu Abu jatuh pada tanggal-tanggal berikut di tahun-tahun mendatang:

* 2010 - 17 Februari
* 2011 - 9 Maret
* 2012 - 22 Februari
* 2013 - 13 Februari
* 2014 - 5 Maret
* 2015 - 18 Februari
* 2016 - 10 Februari
* 2017 - 1 Maret
* 2018 - 14 Februari
* 2019 - 6 Maret

Untuk mendapatkan artikel lainnya berkenaan Rabu Abu, silakan klik link berikut ini:
http://katolisitas.org/10130/menyalakan-kembali-semangat-pembaruan-diri-di-hari-rabu-abu