Select Menu

Slider

clean-5

Total Pageviews

Hukum dan Kriminal

Travel

Performance

Cute

My Place

Slider

Racing

Videos

Cerita ini dikisahkan menurut versi marga Tigi yang bermukim di daerah Kamuu secara turun temurun. Cerita Terjadinya asal usul danau Tigi  telah terbentuk sejak satu generasi sebelum Bapak Dege Bobeuta Tigi. Dege Bobeuta Tigi mengisahkan cerita tersebut di atas kepada putra sulungnya Bapak Gatimaitaka Tigi. Bapak Gatimaitaka Tigi mengisahkan cerita ini kepada putra sulungnya Donatus Tigi. Donatus Tigi menmgisahkan lagi kepada putra sulungnya Jhon Tigi. Jhon Tigi generasi kelima meneruskan kepada peneliti dengan bahasa Indonesia dengan bertujuan mempermudah dalam proses penelitian ini.

Namun empat generasi sebelum pengisah Jhon Tigi keempat-empatnya mengisahkan Cerita Terjadinya Danau Tigi dalam bahasa Mee.

Mereka mengisahkan bahwa danau Tigi adalah seorang putri marga Tigi dari Dogiyaugi daerah Kamuu, bukan dari daerah Tigi. Alasan mereka adalah seorang pemuda warga Woge dari daerah Pona kawin dengan seorang gadis daerah Kamuu. Pemuda Woge menetap di daerah lembah Kamuu bersama gadis di Dogiyaugi. Dogiyaugi merupakan daerah pertemuan si pemuda marga woge dan si gadis lembah.

Hal pertemuan, berkumpul, hidup sebagai suami istri, hidup sebagai saudara, hidup sebagai anggota keluarga secara bersama, dan lain-lain yang penting bertujuan menghasilkan sesuatu. Hal ini dalam bahasa Mee disebut &ldquo Tigii&rdquo.

Dengan singkat Tigii berarti bertemu atau berkumpul untuk menghasilkan sesuatu. Jadi, artinya hasil pertemuan sebagai suami istri antara pemuda Woge dengan pemudi lembah Kamuu, menurunkan satu putri yang namannya Tigiimau Tigi, satu putra Tigii yang namanya Tigiidege Tigii dan dua putra lagi namanya Douw dan Iyowau.

Pemberian nama Tigiimau Tigii dan Tigiidege Tigii artinya putri dan putra yang merupakan hasil pertemuan si pemuda marga Woge dengan si gadis lembah Kamuu.Pemberian nama diri seseorang pada masa lampau di dalam kehidupan suku Mee sekarang diubah menjadi nama marga. Alasan dahulu nama pribadi sekarang diubah menjadi nama marga (clan) karena masa lampau orangnya sedikit dan tidak ada nama marga. Yang ada &ldquoMee&rdquo dalam kehidupan suku Mee pada saat itu. Pemebrian nama Douw dan Iyowau adalah saudaranya Tigiimau dan Tigiidege Tigii. Keturunan mereka berempat tidak boleh memadu cinta antarsatu sama lain sebab saudara kandung.

Keempat bersaudara di atas, mereka tersebar di sekitar daerah Dogiyaugi, yaitu Tekewapa, Epeida, Kimupugi, Digipuga, Titokunu, Abaimaida, Dawaikunu, Bomomani, Bokaibutu dan Puduu.

Orang yang dijadikan sebagai pelaku utama dalam Cerita Terjadinya Danau Tigi adalah Tigiimau Tigii (Putri Tigi). Putri Tigii berasal dari keluarga Woge yang senantiasa hidup baik. Tidak pernah ada pertengkaran antarsuami-istri dan anak-anaknya namanya saja Tigi (berkumpul bersama). Mereka selalu hidup damai, hidup aman dan  tentram.

Namun Putri Tigi kawin dengan seorang pemuda yang sifatnya lalim. Keluarga mereka berdua berantakan karena sifat suaminya tidak berubah selalu saja sifatnya yang jelek berada di dalam dirinya. Lalu Putri Tigi berasal dari keluarga yang nyaman merasa tertekan dengan sifatnya suami. Hal-hal yang baik dari Putri Tigi, diterapkan di dalam keluarga yang baru terbentuk, namun sia-sia belaka sebab suaminya tidak mengerti kehidupan keluarga yang baik.

Dari kedua latarbelakang kehidupan yang berbeda menimbulkan ketidaknyamanan dalam keluarga mereka berdua yang telah terbentuk. Pada saat itu juga hampir melahirkan anak pertamanya, namun suami bengis itu mengusir dengan cara mengutuk istrinya dan janinnya yang ada di dalam kandungan Ibu Tigi. Kata-kata kutukannya &rdquoHei perempuan jahanam keluarlah  dari pintu belakang bersama janinmu yang ada di dalam perutmu&rdquo.

Terpaksa dalam keadaan emosi dan berbadan berat Putri Tigi keluar melalui pintu belakang dan mengembara ke arah utara, lalu berjalan lagi ke arah timur. Dengan jerih-payah menaiki lereng gunung Odedimi. Di gunung Odedimi inilah Putri Tigi memperoleh kekuatan dari dalam dirinya dan berkemampuan berjalan dan bertindak sesuatu.  lalu ia menuruni lereng  gunung  Odedimi sebelah timurnya. Lalu di lembah berikutnya ia bertemu dengan beberapa orang penghuni lembah itu. Putri Tigi  lelah, ia beristrahat di  lembah ini, ternyata di pandangan mata orang-orang di sekitarnya, Putri Tigi dikelilingi genangan air secara tiba-tiba sampai sebatas lehernya. Orang-orang di lembah itu menjadi panik, lalu membatasi diri mereka dengan patokan-patokan kayu buah agar mereka tidak tergenang air sama seperti Putri Tigi.

Putri Tigi sendiripun tidak tahu kalau telah tergenang air di sekelilingnya, tetapi karena melihat orang-orang di sekitarnya membatasi diri mereka dengan patokan-patokan kayu buah, dia terkejut dan terangkat lalu ia terbang ke arah timur yang paling jauh dari tempat itu. Ia turun di sebuah lembah yang terjauh.

Di sinilah ia dapat melahirkan putranya dengan selamat. Putranya diberi nama Takimay. Takimay adalah menghadirkan dirinya di kalangan orang lain sebelum diterima sebagai anggota masayarakat baru, menghadirkan dirinya  secara tiba-tiba di tengah-tengah marga Adii dengan maksud harus diterima sebagai anggota masyarakat di daerah baru berhubung kondisi badan Putri Tigi bukan manusia biasa lagi, melainkan berubah menjadi  genangan air.

Dengan demikian, putranya diserahkan kepada marga Adii untuk dijaga dan dipelihara, sedangkan Putri Tigi sendiri  telah berubah menjadi genangan air yang cukup luas menutupi sebuah lembah baru, Lembah itu sejak Putri Tigi menjadi genangan air sampai saat ini dijuluki  lembah Tigi. Genangan air yang cukup luas dinamakan danau Tigi. Orang&ndashorang di sekitarnya disebut  penduduk Tigi. Daerah di sekitar danau Tigi disebut daerah Tigi. Wilayahnya disebut kecamatan Tigi pada saat ini.

Kemudian di daerah Kamuu yang pernah disinggahi Putri Tigi disebut Tiganidouda. Tiganidouda artinya Putri Tigi pernah singgah di lembah sempit itu. Atau bekas genangan air danau Tigi

Jadi, genangan air yang cukup luas itu adalah Putri Tigi yang terkutuk. Setelah Putri Tigi berubah menjadi genangan air, datanglah bapak kandungnya dari lembah Kamuu untuk mencari putrinya yang menghilang, ternyata putrinya menerima kedatangan Bapak dengan cara terpasangnya genangan air, hingga sebatas lehernya.

Tetapi Bapak tidak panik, lantas Bapak mengatakan terhadap genangan air itu dengan tenang &ldquosurutlah anakku, akulah Bapakmu mencari engkau&rdquo, dengan demikian genangan air itupun surut seketika itu juga. Setelah kejadian itu, dengan terharu Bapaknya memberi nama genangan air adalah danau Tigi, agar keturunan marga Woge dan Tigi dapat mengenangnya.
Untuk mencapai suatu keberhasilan itu tidak mudah. Bisa berhasil apabila adanya keseimbangan antara harapan dan tindakan. Tanpa tindakan, harapan kita tidak akan tercapai. Dan perlu diingat bahwa di dalam pencapaian harapan tentunya ada tantangan yang harus dihadapi, pemicu tantangan bisa dari interen maupun eksteren. Satu hal yang terpenting untuk meraih harapan bahwa jangan kita anggap tantangan tersebut sebagai sesuatu yang merugikan atau musuh tetapi jadikan tantangan tersebut sebagai peluang karena disitu kita akan menemukan jalan keluar. Semakin kita hadapi tantangan,  maka semakin besar pula peluang untuk tercapainya harapan kita. Karena orang yang sering hadapi tantangan, maka dia makin kreaktif dan inovatif dalam tantangan tersebut. Untuk mencapai harapan membutuhkan beberapa hal seperti,:



(1)   waktu;
untuk mencapai harapan membutuhkan waktu yang panjang, yang terpenting adalah bagaimana kita  memanajemen waktu yang baik, disamping itu juga dibutuhkan disiplin waktu yang diberlakukan secara terus menerus,

(2)   tenaga ;
untuk mencapai harapan dibutuhkan tenaga atau kondisi tubuh yang stabil. Yang dituntut disini adalah bagaimana menghindari kebiasaan kita yang sifatnya mengundang sakit.misalnya, kurang tidur, kurang jaga kebersihan diri dan lingkungan, mabuk  dan lain-lain,

(3)   biaya;
suatu keberhasilan itu sangat mahal harganya sehingga membutuhkan biaya. Yang dituntut disini adalah bagaiman kita manajemen keuangan yang baik  supaya tidak terbebani atau tidak mengorbankan kebutuhan baik kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier,

(4)   proses;
suatu harapan tidak bisa tercapai dalam waktu yang singkat tetapi membutuhkan proses yang amat panjang. Proses ini sifatnya diberlakukan terus-menerus artinya keterlibatan kita dalam hal tersebut harus diberlakukan secara terus menerus tanpa henti. Didalam proses pasti ada hambatan sehingga seperti di diutarakan diatas bahwa kita jangan jadikan hambatan sebagai sesuatu yang mengganjal dalam hidup kita tetapi jadikan sebagai peluang. Satu hal yang terpenting adalah bagaiman kita menumbuhkan ketekunan dalam diri kita, karena dengan modal ketekunan 95% bisa dikatakan harapan tersebut sudah tercapai David.Schwartz).
Dalam menempuh harapan membutuhkan kerja sama, kekompakan, kebersamaan, rasa senasip atau solider, saling percaya, menghargai antara satu sama lain. Tanpa itu, dalam pribadi dan suatu tim harapan tersebut tidak akan tercapai.
Keberhasilan biasanya bermula dari kegagalan, dimana kegagalan tersebut dijadikan barometer untuk peluang berikutnya. Dengan kegagalan tersebut, Yang terpenting  adalah bagaiman kita mengerti dan pahami mengapa dan bagaiman kegagalan tersebut bisa terjadi dan kemudian kita memperbaiki dengan teknis, metode, dan semangat yang baru.
Sebagai penutup dari penulisan ini kami ajak kepada segenap anggota ikmanapan Surabaya (saat itu, sebelum jadi IPMANAPADODE), pemain , pendukung atau penggemar PANA’S FC, Mari kita imbangkan antara harapan dengan perwujutan dan mari kita tinggalkan sikap menyalahkan satu sama lain, membuang jauh-jauh rasa malas untuk mempersiapkannya dan sikap tidak saling menghargai. Dengan ini kami yakin bahwa Kami akan merahi kemenangan dalam hal apapun. Dan untuk Arek Pana’s FC, bisa merahi kemenangan pada laga-laga berikut. Dengan demikian, walaupun dalam situasi suka maupun duka, kemenangan ada ditangan kita, Pana’s.
By,
Penggemar Berat PANA”S FC

Martinus  Thino M
Saat-saat kaki melangkah,
Sejenak hati berfikir tentang keadilan dan pembebasan.
Ketika bangsaku terus dilanda Penindasan,
Ketika rakyat kecil terus dirundung duka,
akibat kelaluan pembrutalanmu.
Ketika semua orang berharap tanya
Mana yang benar dan mana yang salah ?!
Banyak sosok muncul dengan hati yang penuh sakit
Berteriak-teriak hak dan keadilannya
Seharusnya begini dan seharusnya begitu !!
Ternyata semua hanya teori membingungkan
entalah,itu !!!
Di sudut-sudut kota dan pelosok pelosok negeriku,
Rakyat jelata menggeliat Haknya
Anak-anak mulai putus harapan
Ibu-ibu kehilaangan ladang tempat berkebunnya.
Akan kemana kami mencari
Napas kebebsan yang semakin sesak
Angin kehidupan yang mulai hilang
Sungguh tragis dan ironis
kehidupannya terpuruk dalam kekhawatiran
Si awam hanya bertanya
Dosa siapakah ini ?!
Kok kami yang mendapat siksa ???
di atas warisan-warisan nenek moyang kami...
Kami tidak butuh banyak hartamu
Kami tidak butuh banyak berasmu
Kami tidak butuh banyak janji palsumu
kami tidak mau lagi hidup bersamamu
seakan hidup dalam kurungan kandang harimau, di hutan yg belantara.
yang kami inginkan hanyalah kebenasan,
kami igin bebas menentukan nasib hidup sendiri,
di atas tanah warisan nenek moyang kami.
dengarkanlah seruhan kami... 

 Free... Free... Free.....


( salam juang pembebasan By_ Piche Pegedy )
Langkah saya langsung terhenti di sebuah jalan yang lumayan ramai di Amsterdam. Mata saya nyaris tak berkedip melihat etalase sebuah toko yang memasang Bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Bagi sebagian besar warga Belanda yang tinggal di Belanda, kebebasan berekspresi dan pluralisme merupakan sikap yang dijunjung. Tapi bagi saya, pemasangan bendera OPM di sebuah bangunan ruko di Filiaal 0024 Kalverstraat 71 Amsterdam Belanda ini, merupakan ‘sinyal bahaya’ dalam menjaga keutuhan NKRI.
Di bangunan dua lantai ini terdapat banyak atribut Papua Merdeka. Mulai dari bendera, spanduk, poster, cindera mata dan foto-foto yang mengisahkan perjalanan menuju kemerdekaan Papua. ‘Papua Merdeka’ di sini adalah wilayah propinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia (lihat foto).
Ruko ini memang mirip seperti kantor LSM/NGO, yang kerjanya sebagai sarana publikasi. Selain mempublikasikan kegiatan perjalanan Papua Merdeka, kantor ini juga menerima donasi atau sumbangan bagi kegiatan lobi Papua Merdeka di luar negeri, khususnya di Belanda.
Kawasan Kalverstraat ini memang terbilang cukup ramai pengunjung dan wisatawan, karena merupakan pusat bisnis dan wisata. Entahlah, apakah keberadaan kegiatan politik OPM di sini dapat mengganggu aktivitas bisnis di kawasan ini.











Seorang petugas di kantor Papua Merdeka ini mengungkapkan, pihaknya menerima sumbangan dari pihak manapun untuk membantu aktivitas lobi di negara-negara Eropa. Menurut warga asli Amsterdam tersebut, dukungan negara-negara Eropa sangat penting dalam mendukung kemerdekaan propinsi Papua dan Papua Barat.

”Saya berharap Papua dan Papua Barat segera merdeka. Negara-negara Eropa perlu mendukung kami agar pemerintah Indonesia menggelar referendum, untuk menentukan masa depan kedua propinsi tersebut,” kata dia.
Penggagas kantor OPM di Amsterdam ini adalah Boodschap van Benny Wenda. Konon, putra kelahiran Papua itu tinggal di Amsterdam Belanda. Sayang, saya tak dapat bertemu dengan Benny Wenda, untuk bisa mengetahui apa alasan didirikannya kantor Papua Merdeka ini. Selain berkantor di Belanda, OPM juga membuat website di www.freewestpapua.eu
Beberapa waktu lalu, sebuah pertemuan digagas warga Papua di Inggris untuk membahas masa depan Papua. Bertempat di East School of the Examination Schools, 75-81 High Street, Oxford, Inggris, mereka sepakat untuk mendukung penentuan nasib sendiri bagi warga asli Papua. Pada tahun ketiga ini, konferensi mengangkat tema tentang kemerdekaan Papua Barat dengan judul “West Papua: The Road to Freedom“.
Saya jadi teringat komentar petinggi di Jakarta yang menekankan pentingnya dialog dalam mengatasi persoalan di Tanah Papua. Pernyataan ini muncul setelah terjadi bentrok yang memakan korban di Papua saat berlangsungnya Kongres Rakyat Papua.
Mudah-mudahan, laporan pandangan mata saya ini dapat di-follow up oleh pemerintah RI. Pak Menko Polhukam, Pak Menlu dan Pak Menteri Pertahanan harus lebih giat bekerja untuk mengatasi gerakan-gerakan Papua Merdeka di luar negeri.
Jangan sampai gerakan kecil ini menjadi bola salju, sehingga bergema di penjuru Eropa. Jika banyak Negara di luar negeri mendukung kemerdekaan Papua, makan bukan mustahil akan menjadi pressure bagi Pemerintah RI agar segera menggelar referendum. Dan, jika cara-cara seperti ini yang meniru gerakan Timor Timur berhasil, maka bisa jadi propinsi lainnya akan membuka kantor kecil di Eropa, guna meminta dukungan serupa.[ sumber : kompasiana by jackson kumaat ]
Oleh: Oktovianus PogauADA dua akar masalah besar di Papua Barat, pertama; Papua Barat yang dipaksa berintegrasi ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menyisihkan banyak masalah (berkaitan dengan sejarah dan status politik bangsa Papua), kedua; kehadiran perusahan Multi-nasional PT Freeport McMoRan sejak tahun 1967 di Timika, Papua Barat.
Di tahun 1962 Saat terjadi sengketa antara Belanda dan Indonesia, duta besar Amerika Serikat untuk PBB Elswoth Bungker mengusulkan sebuah “proposal” penyelesaiaan masalah Papua Barat yang disebut New York Aggrement 1962. Dalam perjanjian ini mengatur hak menentukan nasib sendiri (self determination) bagi penduduk asli Papua Barat. Self Determination dijamin oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik, pada pasal I. Ada dua opsi utama dalam perjanjian tersebut, apakah orang Papua Barat memilih merdeka dan berdaulat sebagai sebuah bangsa, atau memilih bergabung dengan Indonesia (Prof. P.J Drooglever, 2005)
Pada pasal XVIII ayat (1) menyebutkan sistem pemilihan dilakukan dengan cara one man one vote atau satu orang Papua memberikan satu suara. Artinya, 800.000 penduduk Papua kala itu harus memberikan suara terkait nasib dan masa depan mereka di kemudian harinya. Tetapi berbeda dengan fakta yang terjadi di lapangan. Indonesia melalui aparat TNI/Polri melakukan berbagai rekayasa dan manipulasi agar pemilihan dimenangkan oleh pihak Indonesia dengan mimilih hanya 1.025 orang Papua dan non-Papua untuk mewakili 800.000 penduduk Papua Barat.
Pengakuan beberapa saksi sejarah, sekitar dua bulan sebelum dilaksanakan penentuan pendapat rakyat (PEPERA), mereka dikarantina secara khusus, tinggal di barak-barak militer, dan mendapat dikte dari militer untuk memilih Indonesia. Mereka diancam akan dibunuh jika tidak memilih bergabung dengan Indonesia. Hampir sebagian besar keluarga mereka juga mendapat ancaman yang sama. Mereka memilih dibawah tekanan, todongan senjata, dan ancaman militer Indonesia. Masyarakat Internasional tidak diberikan akses untuk bertemu dengan mereka, apalagi memantau penyelenggaraan PEPERA di tahun 1969.
Akhirnya, hampir 100% rakyat Papua Barat memilih bergabung dengan Indonesia. Nasib rakyat Papua Barat ditentukan oleh moncong senjata militer Indonesia. Padahal, sebelum Indonesia datang dan menduduki Papua, Belanda telah mempersiapkan kemerdekaan Papua Barat dengan membentuk dewan-dewan wilayah Papua Barat yang disebut Niuew Guine Raad. Dan pada tanggal 1 Desember 1961 Papua telah dideklarasikan sebagai sebuah negara merdeka dan berdaulat seperti negara-negara lain di dunia.
Pasca PEPERA, setiap orang Papua yang kontra dengan hasil tersebut diculik dan dibunuh. Sebagian besar orang Papua melarikan diri ke Belanda, ada yang ke Papua New Guine (Papua Timur) dan bahkan sampai ke Australia. Jhon Rumbiak aktivis hak asasi manusia memperkirakan sekitar 12.000 rakyat Papua Barat “berlari” ke luar wilayah Papua pasca PEPERA . Sejak itu Indonesia mengambil alih tanah Papua Barat melalui Trikora atau yang disebut dengan Tri Komando Rakyat.
Berbagai operasi militer dikedepankan untuk “menyelesaikan” masalah Papua Barat. Orang Papua Barat selalu disiksa, diteror, dan bahkan dibunuh. Sampai saat ini masih terus terjadi, terakhir yang terjadi di Kongres Rakyat III pada 19 Oktober lalu dengan menewaskan tiga orang warga sipil, juga yang baru-baru ini terjadi Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Amnesty International menyatakan sekitar 1 juta warga sipil telah menjadi korban dari kejahatan militer Indonesia.
Militer Indonesia selalu beranggapan kedaulatan NKRI lebih penting dari nyawa manusia Papua. Artinya, membunuh orang Papua tentu dibenarkan oleh hukum negara Indonesia. Karena itu pula orang Papua Barat terus dibantai, dibunuh dan dimusnahkan. George Aditjondro pernah menyatahkan bahwa “Kedaulatan rakyat lebih penting dari pada kedaulatan NKRI, karena rakyat yang memberikan legitimasi kehadiran negara”.
Berikutnya, kehadiran PT Freeport McMoRan juga merupakan akar masalah di tanah Papua. Freeport masuk di Papua sejak tahun 1967, padahal Papua baru akan dipaksa bergabung dengan Indonesia di tahun 1969 melalui pelaksanaan PEPERA. Artinya, Freeport hadir di Papua dua tahun sebelum Papua bergabung dengan Indonesia secara resmi. Kita bisa mengatakan kehadiran Freeport di Papua Barat tentu ilegal dan bermasalah.
Kehadiran PT Freeport Indonesia telah mengorbankan hak-hak rakyat Papua, terutama hak politik untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri. Kepentingan kapitalisme dan imprealisme telah mengorbankan nasib ribuan penduduk asli Papua kala itu. Dalam perjalanannya, Freeport membayar aparat militer Indonesia untuk “menjaga” areal perusahan dengan cara membunuh dan menculik warga sipil setempat yang sebenarnya punya hak-hak adat atas tanah pertambangan.
Saat berbicara tentang keadilan, kedamaiaan, dan hak-hak hidup, maka orang Papua Barat di areal Freeport selalu dianggap sebagai separatis atau Gerakan Pengacau Keamanan (GPK). Ini melegitimasi aparat militer untuk membunuh semakin banyak orang Papua. Sejak tahun 1967 hingga 2011 kehadiran Freeport justru menjadi bencana bukan berkah bagi rakyat Papua Barat. Sampai saat ini rakyat Papua Barat masih hidup sangat miskin diatas kekayaan emas. Indonesia dan Amerika yang diuntungkan dari kekayaan alam Papua.
Mogok 10.000 buruh Freeport yang menuntut kenaikan upah dan dimulai sejak 15 September 2011 sampai saat ini juga tak digubris oleh manajemen Freeport. Padahal, Freeport telah menikmati keuntungan yang sangat besar dari bumi Cenderawasih. Semakin berlarut-larutnya masalah antara buruh dan manajemen memperbesar peluang penutupan perusahan multi-nasional ini dari tanah Papua.
Dengan memaparkan dua akar masalah diatas, maka referendum bagi rakyat Papua Barat, dan penutupan Freeport di Timika, Papua adalah solusi terbaik. Referendum artinya, biarkan sekitar 1,5 juta penduduk asli Papua menentukan pilihan, apakah ingin tetap berada dalam Indonesia, atau berpisah dan membentuk negara sendiri. Ini cara-cara dan solusi yang paling demokratis, dan ia dijamin hukum internasional.
Freeport juga harus ditutup karena tidak memberikan manfaat apa-apa bagi rakyat Papua, dan malahan ia justru melahirkan banyak bentuk pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Papua Barat. Beberapa saat lalu tersiar kabar Freeport membayar ratusan hingga ribuan aparat militer untuk mengamankan aset-aset mereka. Melihat fakta-fakta yang terjadi, tentu bisa dibenarkan kalau Freeport memang membayar aparat untuk membunuh warga sipil.

UP4B dan Dialog Bukan Solusi
Ketika rakyat Papua Barat menuntut referendum sebagai solusi penyelesaiaan masalah Papua Barat, pemerintah Indonesia selalu menjawab dengan berbagai aturan atau Undang-Undang yang bukan menjadi kebutuhan mendasar. Yang paling baru adalah disahkannya Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) di Jakarta oleh Presiden SBY.
UP4B diteken untuk menyelesaikan masalah Papua Barat dengan menunjuk Letjen TNI (Purn) Bambang Darmono sebagai kepala. Bambang Darmono merupakan panglima tinggi ditubuh militer untuk “memberantas” Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh sebelum pernjanjian Helsinki disepakati. Artinya, Bambang punya reputasi buruk selama menjadi panglima militer, dan tentu tak akan bisa diterima rakyat Papua Barat.
UP4B bukan merupakan jawaban, tapi sumber masalah baru. Karena ia lahir bukan dari kebutuhan rakyat, dan diusulkan oleh rakyat. UP4B juga sampai saat ini tidak mendapat legitimasi dari rakyat Papua Barat karena hanya memfokuskan dibidang pembangunan infrastruktur, investasi-investasi, serta pembangunan ekonomi rakyat yang bukan menjadi kebutuhan mendasar saat ini.
Konflik Papua bukan karena orang Papua tidak sejahtera, miskin, atau tidak bisa makan, melainkan karena hak-hak hidup orang Papua yang terus dilecehkan; dan juga harkat dan martabat orang Papua yang terus dihancurkan negara Indonesia. Contoh, pelanggaran HAM dari waktu ke waktu terus meningkat, tanpa ada proses hukum bagi aparat yang melakukan tindakan brutal tersebut.
Selain mensahkan UP4B, presiden SBY juga mengutus Farid Hussain untuk menggelar dialog antara rakyat Papua Barat dan pemerintah Indonesia. Farid Hussain dulu berperan penting dalam penyelesaian konflik di Aceh. Pertanyaannya, apakah akan berhasil juga di tanah Papua.
Farid datang dengan beberapa syarat untuk berdialog, yakni; di dalam NKRI, Undang-Undang Otsus, dan UP4B. Tentu dialog dengan syarat model ini tak bisa diterima rakyat Papua Barat karena Otsus sejak hadir di Papua telah ditolak secara keras dari rakyat Papua Barat. Dan jika Farid terus dipaksakan diutus untuk menggelar dialog, tentu akan menimbulkan masalah baru yang tentu akan sukar untuk diselesaikan lagi. Kalaupuan mau dipaksakan gelar dialog, maka NKRI harga mati harus ditinggalkan dulu.
Rakyat Papua Barat secara tegas menolak UP4B, juga Farid Hussain, dan meminta digelar referendum sebagai solusi terbaik bagi rakyat Papua Barat juga pemerintah Indonesia. Indonesia harus mengakui telah gagal membangun orang Papua Barat. Wajah Indonesia di tanah Papua adalah ketidakadilan, operasi militer, teror, intimidasi, pembunuhan, dan permasalahan lainnya. “Wahai Indonesia, biarkan rakyat Papua Barat menentukan nasib sendirinya”. Kita harus mengakhiri!
*Oktovianus Pogau adalah Sekjend Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Konsulat Indonesia, tinggal di Jakarta.
Sumber: http://www.pasificpost.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3439:refererendum-solusi-terbaik-up4b-dan-dialog-bukan-jawaban&catid=296:artikel&Itemid=558
maaf Masi kosong...









BACK TO HOME
maa masi kosong









BACK TO HOME
maaf masi kosong....









BACK TO HOME




Video Clip Song : 

PEGEDY _ DMP - meri klik di sini

PANAS BAND - lucky dube _release me klik di sini

Pegedy - Abata bedo mana (Amtax ) klik di sini

Pegedy - since you've been gone klik di sini

ipmanapadode sby - wege -wege di studio klik di sini

Paniai Tigi Tage Kamu - IPMANAPADODE sby klik di sini

pegedy (piche) - one love klik di sini

maaf selanjutx masi dalam tahap publikasi... thanks..


BACK TO HOME

VOICE Of  Tigidoo
Menulis segala hal yang terlintas di kepala. Berbicara dalam takaran yang berlebih.Saya adalah manusia biasa yang gemar belajar. Saya suka mempelajari hal apa saja yang saya suka termasuk sesuatu yang menurut orang lain aneh atau asing bagi mereka. saya tidak peduli selama itu tidak bertentangan dengan apa yang saya anut dan sesuai dengan prinsip hidup saya.
++++++++++++++
Beberapa waktu yang lalu saya memang tidak ’pelit’ berbagi informasi tentang diri saya. Hanya menulis sangat singkat, yang mungkin buat beberapa orang tidak akan mendapatkan gambaran yang nyata tentang saya. Sampai saya menyadari bahwa bnanyak orang berkomentar bawah sya masih masih tetap ketinggalan entah apa pandangan mereka [indonesia ], entahlah .... berbeda ras di sebuah negara ??? hitam dan keriting ?? sampai sanak saudaraku semua di  siksa di aniaya dan di bunuh... di atas nanah warisan nenek moyang sendiri...

Saya hanya manusia biasa yang di lahirkan oleh ibuku dari balik gunung deiyai, tepatnya wamena, kota tua massa itu yang terletak di pinggiran lembah balim, Kabupaten wamena _ puncak. Ingin sekali ku mau membagi informasi seputar jeritan rakyat pribumi, namun manusia memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga saya pun mencoba belajar satu per satu. Menulis membutuhkan waktu, tenaga dan proses namun dengan tulisan yang sederhana ini teman – teman pengunjung blog ini dapat makluminya. Saran dan kritikan dapat anda goreskan di kotak pesan.....THX
RAPATKAN BARISAN BARISAN !!!!
BERSAMA KEBENARAN BINTANG KEJORA....
ipmanapadodesby
Free West Papua