TAHUN 1976, Ibukota menambah jumlah kelompok musik dengan grup 'Black Brothers'. Datang dari Irian Jaya, dengan manager Andy Ayamiseba, (32 tahun), disambut oleh studio Irama Tara dengan kontrak 3 album. Album kedua, berisi lagu Derita Tiada Akhir, sempat melejit -- terjual sampai jumlah 300 ribu. Sekarang Black Brothers sudah memasuki kontrak tahun ke-3 -- masih tetap dengan Irama Tara. Tak kurang 7 album sudah dirampungkan.
"Karena saya ingin Black Bro's diterima sebagai band yang penuh sensasi dan selalu bisa tampil dengan keunikan," kata Andy lebih lanjut. Itu sebabnya ia banyak memusatkan fikiran pada segi-segi penampilan di samping mencoba menggali materi lagu-lagu daerah. Pada setiap album Black Bro's memang selalu dijumpai lagu daerah.
Pada albumnya yang ke-7 misalnya, bisa didengar Ino Mote Ngori. Yang banyak membantu adalah bahwa beat lagu asli Irian dekat dengan selera anak muda. Lagu-lagu tersebut mengandung jiwa kepahlawanan. "Tapi kami juga menyadari, bahwa musik kami terutama harus bisa diterima oleh rakyat -- musik untuk low-people, kata Andy kembali mewakili kelompoknya. Black Bro's lahir di Jayapura 1974, dengan anggota comotan sana-sini. Formasi pertamanya adalah Hengky MS (gitar dan vokal), Yockie Pattipeiluhu dan Benny Betay. Disempurnakan oleh David (sax), Stevie (dram), Amri Kohar (sax) dan Iskandar (terompet). Album ke-7 dikerjakan tanpa Henky dan David.
Album yang dinamakan 'Volume Perdana' itu berisi 14 buah lagu. Separuhnya lagu lama, manis, kompak dengan selera saat ini. Lagu berbahasa daerah Ino Mote Ngori ciptaan Amry Kahar yang dinyanyikan Stevie, hadir senafas dengan lagu-lagu lainnya. Di sini Black Brothers memadukan materi yang menyangkut latar belakang daerahnya dengan baik, tanpa terasa "kedaerahdaerahan". Meski identitas belum benar mencuat, tapi cara grup ini menjiwai lagu, menafsirkan sedih, cinta dan sebagainya, cukup berbeda dengan rekan-rekannya yang datang dari daerah lain.
Dalam lagu Derita Tiada Akhir ciptaan Yochie Phu, dinyanyikan Henky Ms, memang kita terpaksa ingat Panbers atau Mercy's tapi tidak jadi cengeng Dari tanah Irian ini barangkali kita boleh mengharap grup musik pop yang akan menyanyi dengan "jantan". Sumber Nafkah Lagu Huem Bello (anonim), yang dinyanyikan David bersama grup, merupakan contoh menarik. Lagu yang didominir pukulan dram ini bergelora dan menjerit. Dinyanyikan dengan total, liar, menimbulkan sensasi yang aneh -- misteri yang juga sering kita rasakan dari musik liar orang-orang negro, Amerika Latin atau dari pemusik rock berat.
Kalau saja Black Brothers memiliki banyak kesempatan menampilkan ekspresinya secara murni, sudah pasti ia akan merupakan duta Irian yang berhasil. Memang sulit -- sebab musik menjadi sumber nafkah, jadi harus selalu memperhatikan selera pembeli. Tapi Andy menjelaskan, Black Brothers akan tetap mempertahankan identitasnya sebagai band asal Irian. Sekwilda Irian Jaya pernah mengusulkan agar nama Black Brothers diganti jadi 'Cendrawasih Band'. "Alasannya agar tidak mengesankan keterbelakangan masyarakat Irian," kata Andy mendongeng. Tetapi usul itu kontan ditolak oleh Sutran, sang Gubernur. Andy sendiri percaya bahwa hitam yang memang warna kulit para pemain grup itu merupakan kebanggaan karena mengesankan kekuatan. Kostum asli yang sering dipakai di layar TV juga dianggap sebagai kebanggaan -- Jadi bukan paksaan untuk merek dagang.
-----------
Catatan;
Kisah dari tahun yang silam, sayang sa pu majalah sebagian di makan rayap, jadi ada beberapa bagian yang terpotong, tapi semoga maknya yang terkadung di dalamnya bisa jadi kaca buat kitorang.....
Tidak ada komentar
Posting Komentar